Oleh : Herman Kwok - Director of SemutApi Colony
"Wuih, mulai minggu depan saya sudah bebas. Asyiik!" seru Anto teman saya lewat HP. Ternyata mulai minggu depan dia sudah resmi berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja selama 8 tahun terakhir ini. Setelah itu Ia memilih bekerja sendiri sebagai profesional tanpa ikatan dengan perusahaan manapun.
Hingga suatu sore sekitar 4 bulan kemudian, saya bertemu kembali dengannya di sebuah kafe. "Ternyata jadi orang bebas itu membosankan juga ya!" Kali ini ia mengeluh bahwa selama beberapa bulan menjalani profesi yang lebih bebas malah ada nggak enaknya. Kadang-kadang ia membereskan pekerjaan rutin di pagi hari dan lanjut makan siang bersama klien, setelah itu ia malah luntang lantung tidak punya kegiatan. Masalah lainnya yang sulit adalah mendisiplinkan diri serta kontrol kualitas pekerjaan karena tidak ada atasan yang mengawasi.
Adalah hal yang wajar jika seseorang tergoda melihat profesi lain dan ingin pindah jalur. Tapi jika tanpa bekal pengetahuan yang mendetail, malah beresiko. Untuk membahas tentang seluk beluk profesi, tentunya tidak cukup hanya melalui sebuah tulisan singkat. Tapi secara sederhana, profesi seseorang secara umum dapat dikategorikan berdasarkan sumber incomenya:
Eksekutif atau Karyawan
Bekerja di perusahaan milik orang lain, jumlah incomenya tetap, rutin dan relatif aman, bertanggung jawab terhadap atasan, lingkup pekerjaan terbatas pada divisi masing-masing. Peluang dan kebebasan terbatas.
Profesional
Bekerja sendiri sesuai bidang keahlian tapi tidak memiliki perusahaan contoh: dokter, arsitek, montir dsb. Besarnya income tergantung proyek yang didapat, bertanggung jawab terhadap terhadap diri sendiri. Lingkup pekerjaan sangat fokus sesuai bidang keahlian masing2. Peluang dan kebebasan menengah.
Entrepreneur
Memiliki atau mengelola perusahaan sendiri, besarnya income tidak tetap sesuai penjualan dikurangi operasional, bertanggung jawab terhadap diri sendiri atau partner. Terlibat dalam pelaksanaan proyek rutin, juga memikirkan operasional perusahaan dan permodalan.. Peluang dan kebebasan tidak terbatas.
Ada pendapat yang menganjurkan semua orang untuk menjadi entrepreneur. Pendapat ini sangat riskan dan gegabah, karena belum tentu semua orang cocok dalam profesi tersebut. Ada beberapa informasi tentang staff di perusahaan yang sudah mapan di posisinya lalu tergoda untuk terjun ke bisnis, kemudian gagal total dan menghabiskan seluruh tabungannya selama bertahun-tahun. Selain mengorbankan keluarga, mental yang jatuh butuh waktu dan energi untuk dipulihkan.
Tentu saja siapapun boleh mencoba pindah profesi atau pindah kuadran seperti petunjuk Robert Kyosaki, tapi alangkah bijaksana jika dicoba secara bertahap terlebih dulu dan tidak mempertaruhkan semua yang dimiliki dalam satu peluang yang belum pasti. Sukses dalam entrepreneurship bukan ditentukan oleh ras, golongan atau pihak tertentu. Siapapun punya kesempatan yang sama dan layak dicoba asal dengan pertimbangan yang matang.
Selama belasan tahun sempat menjalani ke 3 macam profesi tsb, saya berpendapat tidak ada jenis profesi yang paling baik atau profesi yang paling buruk. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya, yang terpenting harus disesuaikan dengan kemampuan, bakat, tekad dan minat masing-masing orang. Misalnya sebagai eksekutif dibutuhkan kemampuan kerjasama team. Entrepreneur membutuhkan naluri melihat peluang, keberanian mengambil resiko dan kemampuan membangun network secara terus menerus. Profesional harus mampu mengikuti trend dan mampu menjaga kualitas pekerjaan mengingat kontrol berada di tangan sendiri. Untuk sukses dalam profesi apapun tentunya membutuhkan disiplin yang tinggi serta kemauan untuk meningkatkan value diri terus menerus.
Beberapa hal yang layak dipertimbangkan:
Herman Kwok
Director of SemutApi Colony
"Wuih, mulai minggu depan saya sudah bebas. Asyiik!" seru Anto teman saya lewat HP. Ternyata mulai minggu depan dia sudah resmi berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja selama 8 tahun terakhir ini. Setelah itu Ia memilih bekerja sendiri sebagai profesional tanpa ikatan dengan perusahaan manapun.
Hingga suatu sore sekitar 4 bulan kemudian, saya bertemu kembali dengannya di sebuah kafe. "Ternyata jadi orang bebas itu membosankan juga ya!" Kali ini ia mengeluh bahwa selama beberapa bulan menjalani profesi yang lebih bebas malah ada nggak enaknya. Kadang-kadang ia membereskan pekerjaan rutin di pagi hari dan lanjut makan siang bersama klien, setelah itu ia malah luntang lantung tidak punya kegiatan. Masalah lainnya yang sulit adalah mendisiplinkan diri serta kontrol kualitas pekerjaan karena tidak ada atasan yang mengawasi.
Adalah hal yang wajar jika seseorang tergoda melihat profesi lain dan ingin pindah jalur. Tapi jika tanpa bekal pengetahuan yang mendetail, malah beresiko. Untuk membahas tentang seluk beluk profesi, tentunya tidak cukup hanya melalui sebuah tulisan singkat. Tapi secara sederhana, profesi seseorang secara umum dapat dikategorikan berdasarkan sumber incomenya:
Eksekutif atau Karyawan
Bekerja di perusahaan milik orang lain, jumlah incomenya tetap, rutin dan relatif aman, bertanggung jawab terhadap atasan, lingkup pekerjaan terbatas pada divisi masing-masing. Peluang dan kebebasan terbatas.
Profesional
Bekerja sendiri sesuai bidang keahlian tapi tidak memiliki perusahaan contoh: dokter, arsitek, montir dsb. Besarnya income tergantung proyek yang didapat, bertanggung jawab terhadap terhadap diri sendiri. Lingkup pekerjaan sangat fokus sesuai bidang keahlian masing2. Peluang dan kebebasan menengah.
Entrepreneur
Memiliki atau mengelola perusahaan sendiri, besarnya income tidak tetap sesuai penjualan dikurangi operasional, bertanggung jawab terhadap diri sendiri atau partner. Terlibat dalam pelaksanaan proyek rutin, juga memikirkan operasional perusahaan dan permodalan.. Peluang dan kebebasan tidak terbatas.
Ada pendapat yang menganjurkan semua orang untuk menjadi entrepreneur. Pendapat ini sangat riskan dan gegabah, karena belum tentu semua orang cocok dalam profesi tersebut. Ada beberapa informasi tentang staff di perusahaan yang sudah mapan di posisinya lalu tergoda untuk terjun ke bisnis, kemudian gagal total dan menghabiskan seluruh tabungannya selama bertahun-tahun. Selain mengorbankan keluarga, mental yang jatuh butuh waktu dan energi untuk dipulihkan.
Tentu saja siapapun boleh mencoba pindah profesi atau pindah kuadran seperti petunjuk Robert Kyosaki, tapi alangkah bijaksana jika dicoba secara bertahap terlebih dulu dan tidak mempertaruhkan semua yang dimiliki dalam satu peluang yang belum pasti. Sukses dalam entrepreneurship bukan ditentukan oleh ras, golongan atau pihak tertentu. Siapapun punya kesempatan yang sama dan layak dicoba asal dengan pertimbangan yang matang.
Selama belasan tahun sempat menjalani ke 3 macam profesi tsb, saya berpendapat tidak ada jenis profesi yang paling baik atau profesi yang paling buruk. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya, yang terpenting harus disesuaikan dengan kemampuan, bakat, tekad dan minat masing-masing orang. Misalnya sebagai eksekutif dibutuhkan kemampuan kerjasama team. Entrepreneur membutuhkan naluri melihat peluang, keberanian mengambil resiko dan kemampuan membangun network secara terus menerus. Profesional harus mampu mengikuti trend dan mampu menjaga kualitas pekerjaan mengingat kontrol berada di tangan sendiri. Untuk sukses dalam profesi apapun tentunya membutuhkan disiplin yang tinggi serta kemauan untuk meningkatkan value diri terus menerus.
Beberapa hal yang layak dipertimbangkan:
- Pelajari jenis karakter masing-masing profesi di atas
- Kenali diri sendiri: bakat, kemampuan, keterampilan, minat dan latar belakang pendidikan
- Sesuaikan atau adaptasi
- Jangan taruh semua telur dalam 1 keranjang
- Persiapkan exit plan jika profesi baru tersebut gagal
- Diskusi dengan banyak pihak yang sudah punya pengalaman di bidang yang sama
Herman Kwok
Director of SemutApi Colony