Oleh: Made Sudarma
SETIAP manusia yang normal pada umumnya pasti menginginkan mendapatkan kepuasan dalam hidupnya di dunia ini. Cuma kepuasan yang lebih banyak didorong oleh gejolak nafsu keinginan tidak akan pernah mampu mewujudkan kepuasan itu dalam hidupnya. Bahkan, Mahatma Gandhi menyatakan keinginan tanpa dikendalikan oleh kesadaran budhi dapat menimbulkan dosa sosial. Karena itu, Wrehaspati Tattwa 32 menyatakan hendaknya manusia membatasi diri untuk mencari kepuasan hidup.
Kepuasan itu ada dua yaitu kepuasan jasmaniah disebut Wahya Tusti dan kepuasan hidup rohaniah disebut Adyatmika Tusti. Kepuasan jasmaniah itu ada lima dan salah satu dari lima kepuasan itu ada disebut sangga. Sangga adalah memperoleh kepuasan karena mendapatkan kasih sayang lingkungan. Hubungan kasih itu didapat baik dalam kehidupan bersama dalam keluarga, di tempat bekerja, dan juga dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas dari keluarga dan tempat bekerja itu. Pada zaman Kali ini mendapatkan hubungan kasih sayang yang terhormat penuh sahabat tidaklah semudah teorinya. Apalagi ada ahli meditasi menyatakan bahwa zaman Kali ini sebagian terbesar atmosfir rohani ditutupi oleh vibrasi buruk yang dipancarkan oleh sifat-sifat Adharma.
Dalam Manawa Dharmasastra 1.81-82 dinyatakan pada zaman Kali Dharma hanya berkaki satu, sedangkan Adharma berkaki tiga.
Karena itu, menyuarakan kebenaran dan keadilan pada zaman Kali ini tidaklah mudah. Kalau berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan kuatkanlah memegang prinsip-prinsip hidup yang benar itu. Jangan mudah tergoyah hanya ingin mendapatkan kepuasan sosiologis yang disebut sangga itu.
Kalau ingin memperjuangkan kebenaran pada zaman Kali ini harus siap-siap untuk kehilangan hubungan sosiologis berupa kasih sayang lingkungan yang disebut sangga itu. Siapkan diri untuk membangun kehidupan yang mampu bersahabat dengan diri kita sendiri. Jangan terlalu berharap untuk mendapatkan kepuasan sosiologis yang disebut sangga itu dari pihak lain.
Membangun kehidupan yang bersahabat dengan diri sendiri dapat dilakukan dengan membangun rasa dekat dengan tiga hal. Rasa dekat dengan tiga hal itu adalah Dewa Abhimana, Dharma Abhimana dan Desa Abhimana. Tiga rasa dekat itulah yang wajib kita bangun sehingga kita tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Kita pun tidak akan merasa jauh dengan siapa pun. Sangga atau kepuasan hubungan sosial pun tetap kita akan rasakan.
Dewa Abhimana artinya kita selalu merasa dekat dengan Tuhan karena selalu melakukan sradha dan bhakti kepada Tuhan. Demikian pula dengan Dharma Abhimana adanya rasa dekat dengan kebenaran. Kalau kita melindungi Dharma yakinlah Dharma pasti melindungi kita. Katakanlah yang benar itu benar dan yang salah itu salah dengan penuh keyakinan bahwa kebenaran itu akhirnya pasti tegak dan unggul.
Selanjutnya Desa Abhimana adalah adanya rasa dekat dengan tanah kelahiran melalui pengabdian pada tanah tumpah darah. Adanya rasa dekat pada tanah kelahiran itu melalui pengabdian yang tulus tanpa ada keinginan untuk disanjung-sanjung dan pamrih-pamrih lainnya. Dengan membangun ikatan kasih sayang pada Tuhan, kebenaran (Dharma) dan tanah kelahiran itu kita cukup mendapat rasa bersahabat. Itulah sesungguhnya wujud bersahabat dengan diri sendiri. Ini artinya bukanlah menolak adanya kasih sayang di luar tiga hal itu.
Membangun persahabatan dengan diri sendiri akan dapat membangun sikap hidup yang setara dan merdeka dalam membangun suatu persahabatan dengan siapa saja. Apakah mereka itu penguasa, orang kaya, punya pengaruh, bangsawan dsb. hal itu tidak menjadi perhitungan kita dalam membangun suatu persahabatan. Kesetaraan dan kemerdekaan dalam persaudaraan akan terjadi apabila kita tidak meletakkan persahabatan itu sebagai suatu persahabatan yang penuh dengan pamrih.
Bagi mereka yang mampu membangun persahabatan dengan dirinya sendiri tidak takut berseberangan dengan siapa saja asal untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Berseberangan itu bukan karena bermusuhan tetapi untuk tegaknya Dharma. Kritik atau kontrol sosial dilakukan didasarkan pada kasih dan itu wujud bersahabat juga.
SETIAP manusia yang normal pada umumnya pasti menginginkan mendapatkan kepuasan dalam hidupnya di dunia ini. Cuma kepuasan yang lebih banyak didorong oleh gejolak nafsu keinginan tidak akan pernah mampu mewujudkan kepuasan itu dalam hidupnya. Bahkan, Mahatma Gandhi menyatakan keinginan tanpa dikendalikan oleh kesadaran budhi dapat menimbulkan dosa sosial. Karena itu, Wrehaspati Tattwa 32 menyatakan hendaknya manusia membatasi diri untuk mencari kepuasan hidup.
Kepuasan itu ada dua yaitu kepuasan jasmaniah disebut Wahya Tusti dan kepuasan hidup rohaniah disebut Adyatmika Tusti. Kepuasan jasmaniah itu ada lima dan salah satu dari lima kepuasan itu ada disebut sangga. Sangga adalah memperoleh kepuasan karena mendapatkan kasih sayang lingkungan. Hubungan kasih itu didapat baik dalam kehidupan bersama dalam keluarga, di tempat bekerja, dan juga dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas dari keluarga dan tempat bekerja itu. Pada zaman Kali ini mendapatkan hubungan kasih sayang yang terhormat penuh sahabat tidaklah semudah teorinya. Apalagi ada ahli meditasi menyatakan bahwa zaman Kali ini sebagian terbesar atmosfir rohani ditutupi oleh vibrasi buruk yang dipancarkan oleh sifat-sifat Adharma.
Dalam Manawa Dharmasastra 1.81-82 dinyatakan pada zaman Kali Dharma hanya berkaki satu, sedangkan Adharma berkaki tiga.
Karena itu, menyuarakan kebenaran dan keadilan pada zaman Kali ini tidaklah mudah. Kalau berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan kuatkanlah memegang prinsip-prinsip hidup yang benar itu. Jangan mudah tergoyah hanya ingin mendapatkan kepuasan sosiologis yang disebut sangga itu.
Kalau ingin memperjuangkan kebenaran pada zaman Kali ini harus siap-siap untuk kehilangan hubungan sosiologis berupa kasih sayang lingkungan yang disebut sangga itu. Siapkan diri untuk membangun kehidupan yang mampu bersahabat dengan diri kita sendiri. Jangan terlalu berharap untuk mendapatkan kepuasan sosiologis yang disebut sangga itu dari pihak lain.
Membangun kehidupan yang bersahabat dengan diri sendiri dapat dilakukan dengan membangun rasa dekat dengan tiga hal. Rasa dekat dengan tiga hal itu adalah Dewa Abhimana, Dharma Abhimana dan Desa Abhimana. Tiga rasa dekat itulah yang wajib kita bangun sehingga kita tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Kita pun tidak akan merasa jauh dengan siapa pun. Sangga atau kepuasan hubungan sosial pun tetap kita akan rasakan.
Dewa Abhimana artinya kita selalu merasa dekat dengan Tuhan karena selalu melakukan sradha dan bhakti kepada Tuhan. Demikian pula dengan Dharma Abhimana adanya rasa dekat dengan kebenaran. Kalau kita melindungi Dharma yakinlah Dharma pasti melindungi kita. Katakanlah yang benar itu benar dan yang salah itu salah dengan penuh keyakinan bahwa kebenaran itu akhirnya pasti tegak dan unggul.
Selanjutnya Desa Abhimana adalah adanya rasa dekat dengan tanah kelahiran melalui pengabdian pada tanah tumpah darah. Adanya rasa dekat pada tanah kelahiran itu melalui pengabdian yang tulus tanpa ada keinginan untuk disanjung-sanjung dan pamrih-pamrih lainnya. Dengan membangun ikatan kasih sayang pada Tuhan, kebenaran (Dharma) dan tanah kelahiran itu kita cukup mendapat rasa bersahabat. Itulah sesungguhnya wujud bersahabat dengan diri sendiri. Ini artinya bukanlah menolak adanya kasih sayang di luar tiga hal itu.
Membangun persahabatan dengan diri sendiri akan dapat membangun sikap hidup yang setara dan merdeka dalam membangun suatu persahabatan dengan siapa saja. Apakah mereka itu penguasa, orang kaya, punya pengaruh, bangsawan dsb. hal itu tidak menjadi perhitungan kita dalam membangun suatu persahabatan. Kesetaraan dan kemerdekaan dalam persaudaraan akan terjadi apabila kita tidak meletakkan persahabatan itu sebagai suatu persahabatan yang penuh dengan pamrih.
Bagi mereka yang mampu membangun persahabatan dengan dirinya sendiri tidak takut berseberangan dengan siapa saja asal untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Berseberangan itu bukan karena bermusuhan tetapi untuk tegaknya Dharma. Kritik atau kontrol sosial dilakukan didasarkan pada kasih dan itu wujud bersahabat juga.
No comments:
Post a Comment