Saturday, February 14, 2009

Supir Bajaj

Ketika saya pulang ke Bangka awal Desember 2008 yang lalu, saya dan keluarga sempat bertemu dengan seorang Guru Spiritual (GS) di pulau tersebut. Banyak hal unik dari cerita yang disampaikan oleh beliau dan salah satunya cerita bagaimana beliau naik bajaj di Jakarta. Suatu hari sang GS berada di Jakarta dan beliau hendak menuju ke Pasar Baru bersama dengan seorang temannya. Beliau bermaksud untuk naik bajaj, maka di pinggir jalan yang panas terik dipanggillah sebuah bajaj yang sedang melintas :

GS : Pak Pasar Baru berapa ?
Supir Bajaj (SB) : dua puluh ribu.
GS : enam ribu ya !
SB : tanpa basah-basih lebih banyak beliau langsung memacuh gas bajajnya dan meninggalkan sang GS

Tidak berapa lama, muncullah bajaj yang ke-2 :
GS : Pak Pasar Baru berapa ?
SB : dua puluh ribu.
GS : enam ribu ya !
SB : delapan belas ribu deh ..
GS : mahal amat bang, ya udah tujuh ribu ya .
SB : tanpa basah-basih lebih banyak beliau langsung memacuh gas bajajnya dan meninggalkan sang GS

Tidak berapa lama kemudian muncul lagi bajaj yang lain :
GS : Pak Pasar Baru berapa ?
SB : dua puluh ribu.
GS : enam ribu ya !
SB : delapan belas ribu deh ..
GS : tujuh ribu ya ..
SB : wah tidak bisa tujuh ribu pak soalnya pasar baru itu jauh dari sini, udah lima belas ribu saja
GS : bagaimana kalau delapan ribu saja ?
SB : pak delapan ribu sih berat, jauh pak pasar baru dari sini
GS : sudah sembilan ribu saja
SB : mungkin dengan sedikit kasihan melihat sang GS kepanasan akhirnya SB mau mengantarkan GS ke Pasar Baru dengan bajajnya.

Sesampainya di Pasar Baru, sang Guru Spiritual mengeluarkan uang senilai dua puluh ribu dan memberikannya kepada Supir Bajaj. Sementara sang Supir Bajaj mempersiapkan uang kembalian, sang Guru Spiritual seperti tidak memperdulikannya dan pergi meninggalkan sang Supir Bajaj.

SB : Pak ini uang kembaliannya
GS : kembalian apa ? Tadi Bapak minta ongkos berapa ?
SB : dua puluh ribu
GS : nah itu khan 20 ribu
SB : tadi bapak nawar sembilan ribu !
GS : iya sembilan ribu itu uang dari saya naik bajaj dan sebelas ribu itu adalah rezeki untuk Bapak yang sudah bekerja dengan baik dan bersedia mengantarkan saya sampai ke pasar baru. Maka sebelas ribu itu anggaplah imbalan atas kebaikan Bapak.

Kemudian sang Guru Spiritual becerita bahwa saat ini semakin sulit untuk mencari orang yang bekerja dengan suka cita yang tidak hanya mempersoalkan uang di atas segala-galanya. Sang Guru Spiritual berpesan "bekerjalah dengan sungguh-sungguh dan dengan hati dan pikiran yang tulus maka percayalah rezeki itu akan datang dengan sendirinya kepada diri anda"


No comments: