Ada seorang kaya tinggal disebuah kota dengan istrinya. Rumah mereka besar. Harta mereka pun banyak. Mereka memiliki beberapa orang pembantu. Dibelakang rumah mereka, ada sebuah rumah yang dimiliki oleh keluarga miskin. Dirumah inilah si miskin dan istrinya tinggal.
Walaupun si kaya hidup senang dan berkemewahan namun badan mereka sangatlah kurus. Apabila mereka berjalan, mereka terlihat seperti pasangan tinggi kurus. Hal ini bertolak belakang dengan si miskin dan istrinya. Badan mereka gemuk. Walaupun miskin mereka senantiasa gembira, sementara si Kaya selalu sibuk dalam mengurus harta kekayaannya yang banyakitu. Si kaya takut sekali kalau usaha dagangnya rugi.
Pada suatu hari si kaya dan si miskin berjumpa di jalan. Apa yang kamu makan hingga badanmu menjadi gemuk seperti ini, tanya si kaya kepada si miskin. Saya tidak makan apa-apa, kecuali disetiap saya dan istri mau makan, kami selalu menunggu tukang masak tuan memasak. Aroma masakan yang datang dari dapur rumah tuan meningkatkan selera makan kami. Inilah yang menjadikan kami gemuk dan sehat, Kata si miskin.
Si kaya sangat marah mendengar jawaban si miskin. Baginya si miskin telah mendapatkan keuntungan dari aroma masakan yang di masak oleh tukang masaknya. Lalu hal itu diadukannya kepada seorang Hakim.
"Saya ingin mendapatkan ganti rugi tuan hakim," kata si kaya kepada sang Hakim. Si kaya dan istrinya juga hadir karena ingin mendapatkan ganti rugi dari makanan mereka. Si miskin dan istrinya mengakui bila sang hakim menyatakan dakwaan dan setuju akan tuntutan si kaya dan istrinya. Tiba saatnya, Sang Hakim pun menjatuhkan hukuman, dan dia meminta sejumlah uang emas dan sebuah mangkuk besi.
"Bersediakah kamu menerima ganti rugi itu?" Tanya sang hakim kepada si kaya dan istrinya. Si kaya pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia setuju. Sang hakim mulai mengangkat uang emas itu dan menjatuhkannya kedalam mangkuk besi itu. Dentingan suara uang emas itu terdengar nyaring bunyinya. Dan si kaya pun menghitungnya satu persatu. "Itukah uang ganti buat saya tuan hakim?" tanya si kaya kepada sang hakim. Sang Hakim menjawab, "oleh karena si miskin hanya makan bau aroma makanan kamu, maka kamu pun hanya dapat mendengar dentingan bunyi uang itu," kata sang hakim. Setelah itu, Ia pun menghentikan pembicaraannya.
Singkat cerita, si miskin terlepas dari jeratan tuntutan si kaya, dan si kaya dan istrinya pun merasa malu akibat ulahnya.
Bahan Renungan:
Dalam pepatah Jerman kita sering mendengar: ” Wie du in den Wald hineinrufst, so hallt es wieder“. yang artinya ” bagaimana dikau berteriak menyeru kedalam hutan, demikianlah gaung yang kembali kepadamu”. Segala perbuatan adalah Karma, dan apa yang kita terima adalah akibat dari Karma kita, itulah yang kita kenal dengan Karma Phala.
Walaupun si kaya hidup senang dan berkemewahan namun badan mereka sangatlah kurus. Apabila mereka berjalan, mereka terlihat seperti pasangan tinggi kurus. Hal ini bertolak belakang dengan si miskin dan istrinya. Badan mereka gemuk. Walaupun miskin mereka senantiasa gembira, sementara si Kaya selalu sibuk dalam mengurus harta kekayaannya yang banyakitu. Si kaya takut sekali kalau usaha dagangnya rugi.
Pada suatu hari si kaya dan si miskin berjumpa di jalan. Apa yang kamu makan hingga badanmu menjadi gemuk seperti ini, tanya si kaya kepada si miskin. Saya tidak makan apa-apa, kecuali disetiap saya dan istri mau makan, kami selalu menunggu tukang masak tuan memasak. Aroma masakan yang datang dari dapur rumah tuan meningkatkan selera makan kami. Inilah yang menjadikan kami gemuk dan sehat, Kata si miskin.
Si kaya sangat marah mendengar jawaban si miskin. Baginya si miskin telah mendapatkan keuntungan dari aroma masakan yang di masak oleh tukang masaknya. Lalu hal itu diadukannya kepada seorang Hakim.
"Saya ingin mendapatkan ganti rugi tuan hakim," kata si kaya kepada sang Hakim. Si kaya dan istrinya juga hadir karena ingin mendapatkan ganti rugi dari makanan mereka. Si miskin dan istrinya mengakui bila sang hakim menyatakan dakwaan dan setuju akan tuntutan si kaya dan istrinya. Tiba saatnya, Sang Hakim pun menjatuhkan hukuman, dan dia meminta sejumlah uang emas dan sebuah mangkuk besi.
"Bersediakah kamu menerima ganti rugi itu?" Tanya sang hakim kepada si kaya dan istrinya. Si kaya pun menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia setuju. Sang hakim mulai mengangkat uang emas itu dan menjatuhkannya kedalam mangkuk besi itu. Dentingan suara uang emas itu terdengar nyaring bunyinya. Dan si kaya pun menghitungnya satu persatu. "Itukah uang ganti buat saya tuan hakim?" tanya si kaya kepada sang hakim. Sang Hakim menjawab, "oleh karena si miskin hanya makan bau aroma makanan kamu, maka kamu pun hanya dapat mendengar dentingan bunyi uang itu," kata sang hakim. Setelah itu, Ia pun menghentikan pembicaraannya.
Singkat cerita, si miskin terlepas dari jeratan tuntutan si kaya, dan si kaya dan istrinya pun merasa malu akibat ulahnya.
Bahan Renungan:
Dalam pepatah Jerman kita sering mendengar: ” Wie du in den Wald hineinrufst, so hallt es wieder“. yang artinya ” bagaimana dikau berteriak menyeru kedalam hutan, demikianlah gaung yang kembali kepadamu”. Segala perbuatan adalah Karma, dan apa yang kita terima adalah akibat dari Karma kita, itulah yang kita kenal dengan Karma Phala.
No comments:
Post a Comment